Azis Syamsuddin mengatakan, pelaksanaan Pilkada secara serentak pada 9 Desember bisa berhasil, dan dukungan masyarakat harus diperoleh.
| 2020-12-16JAKARTA, TRIBUNNEWS.COM-Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Aziz Syamsuddin, mengatakan perlu waktu lima tahun bagi pensiunan tentara dan polisi untuk memasuki arena politik.
“Misalnya kita akan berusaha keras untuk menetapkan aturan, seperti menunggu lima tahun. Bagi anggota TNI / Polri dan ASN setelah pensiun baru ditutup. Pendaftaran sebagai anggota atau calon politik” harus diatur secara adil dan wajar, Tentunya, hindari benturan kepentingan yang mungkin terjadi saat mereka sedang menjabat, ”kata Aziz Syamsuddin saat melakukan kunjungan masyarakat Pemantauan Pemilu (Mappilu) PWI di ruang kerjanya, Gedung Nusantara III, Rabu (23/9/2020). — -Dia menambahkan, hal ini penting agar PNS tetap menjaga netralitas dalam menjalankan tugas ASN dan TNI / Polri. -Kunjungan Pimpinan Mappilu PWI dipimpin oleh Sekjen PWI Pusat, Pus Pupi Ketua Dewan Pertimbangan Sekretaris PWI Mappilu Mirza Zulhadi Dan didampingi oleh Suprapto Sastro Atmojo, Ketua PWI Mappilu. Mappilu Nurcho lis Basyari, Bendahara Mappilu Dar Edi Yoga, Humas Kantor Pengawasan dan Inspeksi Mappilu Suradi, dan Charles Loho, organisasi amal PWI pusat.

Azis melanjutkan, 12 Pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang dilaksanakan bersamaan pada bulan September berjalan sukses. Dukungan semua pihak sangat dibutuhkan pada tanggal 9 September 2020. Ini termasuk media dan masyarakat yang juga memantau pemilihan tersebut. Ia menyambut baik kedatangan PWI Mappilu, dan ia berharap dapat ikut serta tahun ini. Pantauan serentak proses pelaksanaan Pilkada. Katanya. ”Menurut Aziz, keputusan untuk menggelar Pilkada sekaligus masih menunggu, karena berbagai alasan belum jelas kapan pandemi Covid-19 akan berakhir, meski Sekitar 60% pemimpin daerah akan berakhir. – “Tidak ada parameter kapan epidemi ini akan berakhir, jadi tidak ada kepastian bahkan jika pandemi ditunda. Ini sangat berhasil karena pejabat sementara tidak dapat membuat keputusan besar atau membuat rencana untuk memajukan daerah. Tidak Pelanggaran perjanjian kesehatan. Serta rusaknya kebijakan moneter pilkada.
“Kami meminta Menteri Dalam Negeri untuk memperketat perjanjian kesehatan dan mendorong para calon pasangan untuk mengajak yang lemah hati dan pendukung agar patuh, sesuai perjanjian kesehatan, tentunya Untuk bekerja dengan Mappilu, mohon pantau daerah tempat pemilihan ini akan diadakan, termasuk kebijakan moneter.
Pada saat yang sama, Sekretaris Mappilu PWI mengatakan bahwa jeda satu tahun Aziz tentang perlunya 5 purnawirawan ASN dan TNI-Polri untuk terjun ke ranah politik sebenarnya adalah pidato yang patut dibahas di ranah publik.
“Ini gagasan cerdas wakil ketua DPR. Ia juga tokoh muda. Partai Gorka. Menurut saya DPR dan pemerintah perlu mengedepankannya dalam bentuk aturan hukum agar gagasan ini tidak Berakhir hanya sebagai orasi, ”kata Nurcholis yang juga lulusan program pascasarjana bidang komunikasi. FISIP UI-Terkait rencana penerbitan peraturan KPU yang melarang kampanye pemilu berskala besar dan menggantinya dengan kampanye kampanye secara online dan door-to-door, Nurcholis menilai hal tersebut perlu diawasi secara ketat. Ia berkata: “Jaringan PWI Mappilu telah mencakup tingkat provinsi, kabupaten, dan kota, dan telah dipersiapkan untuk pengawasan, jangan sampai kampanye dari pintu ke pintu gagal menerapkan kebijakan moneter dengan sukses.”