Pengamat kota mengatakan Anis bersikeras untuk balap di Formula E di Monas
| 2020-07-17TRIBUNNEWS.COM, Jakarta – Pusat Penelitian Perkotaan menyesalkan sikap pemerintah provinsi DKI.Pemerintah provinsi terus memilih daerah Merdeka di Medan, terutama Monumen Nasional (Monas) sebagai sirkuit balap Formula E.
Dibandingkan dengan Monas, DKI harus memilih wilayah GBK, karena contoh di wilayah ini adalah alat olahraga. Peneliti Pusat Penelitian Kota Nirwono Joga mengatakan pada hari Rabu (12 Januari 2020): “Kami sangat prihatin dan sangat menyesal. Keputusan DKI tidak memiliki apresiasi untuk area warisan budaya Monas berbasis pemasaran.” Menurutnya, DKI harus Pelajari tentang memilih Monas sebagai dasar warisan budaya. Hal ini berdasarkan Keputusan Gubernur Jakarta No. 475 Tahun 1994 (Tentang Pembentukan Bangunan sebagai Cagar Budaya di DKI, Jakarta).
— Dia khawatir jika Monas digunakan, jalur sirkuit dapat menghancurkan keaslian dan nilai historis sirkuit.
Jika material di wilayah DKI rusak, DKI akan memperbaikinya. Monumen Nasional hancur karena penerapan Formula E.
Bacaan: Tanda Zodiak Memprediksi Besok, Kamis, 13 Februari 2020: Sagitarius Waspadalah, Hari Penting Blok Mori
“Penentuan kawasan warisan budaya memperhitungkan keaslian dan sejarah tempat ini .

“Tur dan penempatan semua pendukungnya jelas tidak menghargai kawasan cagar budaya, apalagi banyak tempat lain yang bisa dijadikan tur,” jelas Nirwono. — Lalu, ia mempertanyakan DKI Urgensi memilih Monas sebagai tempat untuk Formula E. Dia mengatakan bahwa logo Jakarta bukan hanya Monas, tetapi GBK juga memiliki posisi yang baik di trek balap, terutama karena stadion biasanya digunakan oleh Pembayaran Internasional Tournoi. Jakarta akan menjadi tuan rumah Power d balapan Formula E 2020. (Kompas.com) “Jika dipaksa masuk Monas, orang khawatir itu akan kehilangan nilai keaslian dan keaslian yang tak tergantikan. “Dia berkata.